Minggu, 09 Juli 2017

Curriculum Vitae



DATA PRIBADI
Nama : Dwi Fajar Wati
Tempat tanggal lahir : Bogor, 18 Mei 1998
Agama : Islam
Jenis kelamin : Wanita
Status : belum minakah
Alamat : Pondok citeureup indah block C-20 no.04
Kewarganegaraan : Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL
2002-2004 : TK SARI SEKAR
2004-2010 : SDN 03 CITEUREUP
2010-2013 : SMPN 02 CITEUREUP
2013-2016 : SMA PLUS PGRI CIBINONG
2016-now : Universitas Gunadarma

Neraca Pembayaran Indonesia ke Colombia

Di Indonesia komoditas kopi merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting penghasil devisa ketiga terbesar setelah kayu dan karet. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional (Spillane, 1990).
Perkembangan produksi kopi Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat produksi kopi di Indonesia secara rata-rata mengalami kenaikan tiap tahunnya, produksi kopi tertinggi dalam kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 2008 sebesar 683.300 ton dan produksi kopi terendah pada tahun 1997 sebesar 426.812 ton. Sumber kenaikan produksi kopi Indonesia berasal dari perkebunan rakyat produksi kopi rakyat mengalami kecenderungan yang meningkat selama periode 1997-2008, sementara produksi kopi perkebunan besar menunjukkan kecenderungan yang menurun selama periode tersebut.
Berdasarkan catatan data AEKI,konsumsi dalam negeri selama ini hanya berkisar antara 100 ribu hingga 125 ribu ton per tahun atau 27% dari produksi normal kopi nasional yang 450 ribu ton. Sementara itu, realisasi ekspor per tahun mencapai 265 ribu ton. Dibanding jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 200 juta, konsumsi per kapita per tahun masyarakat Indonesia terhadap kopi dalam negeri hanya 600 gram.
Indonesia mempunyai trend menurun dalam perkembangan ekspor tahun 2004-2008 hal itu dapat dilihat dari tabel 1.2 di bawah, walaupun mampu menduduki posisi sebagai negara pengekspor kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Columbia dan Vietnam produksi Indonesia masih kalah jauh dengan ke-3 negara tersebut begitu juga dengan ekspor Indonesia
         Kopi Indonesia juga memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea, dan Aljazair. Bahkan, Sebuah waralaba penjual kopi terkenal di Amerika Serikat, Starbuck, juga menggunakan kopi yang diimpor dari Indonesia.Amerika menjadi negara pengimpor kopi terbesar dari Indonesia, negara tujuan ekspor lainnya adalah Jepang, Jerman, Italia walaupun Amerika menjadi negara pengimpor terbesar dari Indonesia, tetapi dalam perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika mengalami penurunan volume , meskipun berdasarkan nilai ekspor mengalami kenaikan
Berdasarkan dari aspek mutu Indonesia lebih dikenal sebagai sumber kopi yang murah, harga yang murah tersebut berhubungan dengan citra negatif dari kopi Indonesia yang bermutu rendah dibawah mutu kopi dari negara-negara lain terutama Brazil dan Columbia (Siswoputranto, 1993). Kopi ekspor Indonesia kalah bersaing dalam hal kualitas, Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu antara lain kebijakan standarisasi dan pengawasan mutu kopi. Standarisasi mutu tersebut terus ditingkatkan, dan hasilnya adalah bahwa pangsa pasar kopi untuk mutu tinggi menjadi 11.65 % dan mutu sedang 70,8%. Sementara kopi yang berkualitas rendah turun menjadi 17,5%.
Perbandingan harga kopi dunia dengan harga kopi ekspor Indonesia, adanya perbedaan harga yang jauh dimana harga kopi Indonesia tertinggi hanya menyentuh harga 116,07 US cents/lb pada tahun 2007 dan harga kopi dunia sampai menyentuh harga 1291,97 US cents/lb, perbedaan harga yang jauh inilah yang menjadi keunggulan dari kopi Indonesia. (Sumber : ICO Historical Statistic 2008 dan Statistika Indonesia 2008 )
Tejadinya fluktuasi kurs dollar terhadap  rupiah dalam kurun waktu 2001-2008, perkembangan kurs dollar yang terjadi pada kurun waktu tersebut dapat dibilang stabil pada level Rp 7.000-Rp 8000 dengan kurs yang stabil merupakan modal penting bagi ekspor kopi Indonesia. Kurs tertinggi pada kurun waktu 2001-2008 adalah pada tahun 2008 senilai Rp. 12.060 dan kurs terendah pada tahun 2002 senilai Rp.7.500.(Sumber : Statistik Keuangan Indonesia 2009).
 Pada tahun 2001 konsumsi kopi Amerika mengalami kenaikan paling tinggi yaitu sebesar 2.351.698 bags dimana pada tahun yang sama harga kopi internasional maupun harga kopi domestik mengalami penurunan sebesar 18,65 untuk harga kopi internasional dan 392,5 dollar untuk harga kopi domestik. Perkembangan konsumsi Amerika mulai tahun 2002 dengan perkembangan harga kopi dunia tidak sama , harga kopi dunia mulai tahun 2002 sampai 2008 mengalami kenaikan tiap tahunnya sedangkan konsumsi kopi Amerika berfluktuatif hal ini sama dengan perkembangan harga kopi domestik . (Sumber : International Coffee Organization (ICO))
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, kopi produksi Indonesia merupakan komoditas yang mempunyai daya saing yang tinggi dengan komoditas kopi luar negeri dan mempunyai potensi untuk menambah devisa negara, sehingga peneliti ingin Menganalisis pengaruh harga kopi dunia, harga kopi domestik, kurs,pendapatan perkapita Amerika maupun konsumsi kopi Amerika terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika.
Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri, A.M. Fachir, membuka secara resmi the 1st Investment Summit Indonesia – Kolombia, Senin (14/9), yang dihadiri oleh sekitar 80 pengusaha Indonesia dan Kolombia yang berskala nasional dan internasional. 
Penyelenggaran Investment Summit yang merupakan kolaborasi antara KADIN Indonesia dengan Kedutaan Besar Kolombia di Jakarta dan Pro Colombia ini adalah implementasi dari Memorandum of Understanding between the Colombian Confederation of Chamber of Commerce (CONFECAMARAS) and the Indonesian Chamber of Commerce and Industry, yang ditandatangani pada bulan April 2015. 
Juan Carloz Gonzalez, salah satu dari 10 pengusaha terkaya di dunia yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Pro Colombia, memimpin delegasi bisnis Kolombia yang antara lain terdiri dari Organizacion Sanitas International (sektor farmasi, rumah sakit, farmasi dan investment capital), Amtex (zat kimia turunan selulosa/carboxymethyl cellulose), Fundacion Cardiovascular (investor di sektor rumah sakit), Prodegan (bidang makanan hewan) dan Etec (jasa pengolahan air).
Investor Kolombia telah menyatakan minatnya untuk diversifikasi investasi di Indonesia, tidak saja sektor minyak, namun juga infrastruktur, energi, kesehatan dan sanitasi. 
Dalam sambutannya, Wamenlu Fachir menyampaikan bahwa kerja sama bisnis dengan Indonesia merupakan keputusan (komunitas bisnis) Kolombia yang benar-benar strategis dan tepat. 
“Kolombia, di sisi lain, merupakan mitra bisnis Indonesia yang semakin berkembang. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 4%, dan lokasinya strategis, Kolombia menjadi entry point bagi pengusaha Indonesia ke pasar Amerika Latin yang lebih luas, melalui Aliansi Pasifik,” kata Wamenlu Fachir. 
Pernyataan tersebut didukung dengan fakta bahwa Kolombia memiliki kerja sama perdagangan dengan 45 negara dan pasar 1,5 miliar konsumen yang potensial, yang mengukuhkannya sebagai untapped market bagi Indonesia. Investasi Kolombia di dunia meningkat dan Kolombia menjadi investor ke-4 terbesar di dunia (UNCTAD 2014). Secara lebih luas, Kolombia juga merupakan anggota Aliansi Pasifik, kelompok ekonomi ke-6 terbesar di dunia yang beranggotakan Kolombia, Chile, Peru dan Meksiko. Secara agregat Aliansi Pasifik memegang 37% GDP dari seluruh kawasan Amerika Lain, 50% ekspor kawasan serta pasar 200 juta konsumen. 
Setelah Investment Summit, dalam rangka diplomasi ekonomi dan meningkatkan kerja sama perdagangan RI-Kolombia, Kemlu bekerja sama dengan Kadin akan menyelenggarakan misi dagang kadin Indonesia ke Kolombia pada paruh kedua 2015. 
Perdagangan bilateral RI-Kolombia walaupun berfluktuasi dari tahun ke tahun tetap mencatat surplus bagi pihak RI. Tahun 2010 perdagangan bilateral keduanya tercatat US$ 149,6 juta, 2013 tercatat 147,8 juta dan 2014 tercatat 154,4 juta. Komoditi ekspor Indonesia yang berpotensi di pasar Kolombia antara lain adalah alas kaki, elektronik, benang tekstil, minyak kelapa sawit, karet, peralatan mesin kantor, kertas dan kertas karton. (Dit. Amselkar/Infomed)

 Anggota:
Cindyta Meidiana
Dwi Fajar wati
Shifa Baity
 Refrensi:
 https://www.academia.edu/12659410/ANALISIS_DAN_PEMBAHASAN_MAKALAH_EKSPOR_KOPI

Polandia Jadi Pintu Ekspor Indonesia ke Eropa Tengah

WARSAWA. Kunjungan delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perindustrian Saleh Husin ke Polandia membuahkan beberapa kesepakatan dan hasil konkret. Di antaranya, kedua negara bekerja sama dalam perdagangan ekspor-impor, pendidikan dan transfer ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Pertama yang menggembirakan adalah Polandia membuka peluang kita untuk memanfaatkan pelabuhan mereka menjadi pintu masuknya produk Indonesia ke Eropa Tengah dan kawasan Eropa lainnya. Ini diharapkan meningkatkan ekspor andalan kita seperti minyak kelapa sawit atau crued palm oil/CPO,” kata Menperin di Warsawa, Polandia, usai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dengan Kementerian Perekonomian Republik Polandia di Warsawa, Polandia, Kamis (10/9/2015).
Dari pihak Polandia, pejabat yang melakukan penandatanganan ialah Menteri Perekonomian sekaligus Wakil Perdana Menteri  Polandia, Janusz Piechocinski. Nota kesepahaman itu mencakup pengembangan industri kimia, kedigantaraan dan maritim, suku cadang dan komponen, industri permesinan khususnya untuk pertambangan dan pemadam kebakaran, industri baja khusus, pengolahan makanan dan industri alat kesehatan.
Hasil penting yang kedua, pemerintah Polandia membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengekspor produk tekstil dan komoditas lainnya. Selain itu menjalin kerja sama industri dan investasi. “Akhir September nanti, sekitar 20 pengusaha terkemuka Polandia akan berkunjung ke Indonesia,” ujar Saleh.
Ketiga, terjalin kemitraan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh Alstom Power dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Perusahaan multinasional yang kondang dalam rekayasa teknologi itu memberikan peluang kepada sekitar 20 mahasiswa ITB untuk belajar dan bekerja (magang) di pabrik produsen turbin pembangkit listrik milik Alstom.
“Penandatangan memorandum of understanding-nya akan dilakukan di Bandung sekitar akhir September atau awal Oktober mendatang. Pihak Alstom yang akan datang ke Indonesia, mereka sangat serius dan ini kesempatan emas bagi kita,” ungkap Dubes RI untuk Polandia, Peter Frans Gontha yang mendampingi Menperin pada kunjungan kerja ini.
Menurutnya, peningkatan kerja sama dengan Polandia di saat ini merupakan momentum yang tepat lantaran negara ini tengah berkembang pesat baik di bidang ekonomi maupun penguasaan teknologi.
“Jadi kunjungan Pak Menteri Perindustrian ini memiliki sekaligus dua arti penting. Kita tawarkan investasi bagi mereka untuk menggarap sektor industri manufaktur seperti galangan kapal, pembangkit listrik dan lain-lain di Indonesia. Sebaliknya ini juga penjajakan bagi pengusaha Indonesia untuk ekspansi ke Polandia, salah satunya masuk ke industri pariwisata,” ujar Gontha yang juga mengungkapkan Polandia merupakan salah satu dari sedikit negara Eropa yang pertumbuhan ekonomi tetap melaju di saat negara di Benua Biru lainnya mengalami konstraksi.
Aktivitas industri Polandia yang pesat juga membutuhkan bahan baku yang dihasilkan oleh Indonesia. Salah satunya ialah industri makanan minuman yang kebutuhan minyak nabatinya dapat dipenuhi oleh CPO asal Indonesia.
INVESTASI INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN MARITIM
Image result for polandia
Selain menggelar pertemuan dengan pejabat pemerintahan, Menperin juga mengunjungi pusat-pusat industri seperti produsen komponen pembangkit listrik dan perkapalan.
“Indonesia ingin menarik investasi dari Polandia dan mempererat kerja sama. Kita yang sedang memacu infrastruktur seperti listrik dapat menggandeng Alstom Power sebagai produsen turbin pembangkit listrik,” katanya. Salah satu opsinya, menurut Menperin, produsen turbin di Indonesia dapat menjalin kemitraan baik dalam investasi maupun produksi bersama atau joint production.
Sejauh ini, menurut data Kemenperin, terdapat 3 perusahaan di Indonesia yang sudah dapat memproduksi turbin berkapasitas hingga 27 MW, dua perusahaan generator hingga 10 MW, sepuluh perusahaan boiler sampai 660 MW.
Sementara itu, industri galangan kapal nasional dapat menjalin kemitraan dengan galangan kapal Polandia yang dikenal kompetitif dalam hal biaya produksi dibanding negara produsen kapal di Eropa lainnya namun tetap berkualitas.
“Salah satu keunggulan industri maritim Polandia adalah dukungan sektor pendidikan melalui Gdynia Maritime University. Ini bisa menjadi ide menarik untuk diterapkan di Indonesia yaitu memperkuat kerja sama antara industri dengan program studi di perguruan tinggi yang berkorelasi dengan kemaritiman,” ujar Saleh Husin saat mengunjungi industri perkapalan di pelabuhan Gdynia, Gdansk.
Selain ke pabrik turbin Alstom di Elblag dan galangan kapal RS Nauta di Gdynia, delegasi Indonesia juga ke pusat reparasi kereta api cepat Alstom, dan bertemu dengan manajemen produsen persenjataan PGZ (Polish Arms Group). Menperin juga melihat dari dekat proses produksi alat kesehatan dan industri makanan minuman di pabrik Bakoma (BKZ Group).
Pada 2014, total neraca perdagangan Indonesia ke Polandia  untuk semua produk industri mengalami surplus sebesar USD 252,2 juta. Ekspor produk industri yang paling besar dari Indonesia ke Polandia adalah produk mesin elektronika, peralatan musik, dan perlengkapan TV dengan nilai USD 136,2 juta, selanjutnya produk karet dan barang sejenisnya dengan nilai USD 48,1 juta, serta produk sabun, lilin, semir, dan perawatan gigi dengan nilai 22,2 juta USD. Total nilai ekspor untuk semua produk industri sebesar USD 395,9 juta.
Selanjutnya, impor produk industri Polandia ke Indonesia yang paling besar pada tahun 2014 adalah produk susu, telur burung, madu, produk binatang dengan nilai USD 27,6 juta, lalu produk reaktor nuklir, boiler, mesin, serta komponen dengan nilai USD 20,4 juta, sedangkan produk mesin elektronika, peralatan musik, perlengkapan TV dengan nilai USD 16,5 juta. Total nilai impor untuk semua produk industri sebesar USD 143,8 juta.
 Kelompok : 
1. Cindyta Meidiana
2. Dwi Fajarwati
3. Shifa Baity

Referensi